Selasa, 26 Januari 2021

Peras buku -Model Kebangkitan Umat Islam-

Model Kebangkitan Umat Islam


“Kehadiran Shalahuddin Al Ayyubi dalam pentas sejarah islam dan dunia bukan sekedar fenomena kepahlawanan Individu, tetapi fenomena kolektif proses panjang generasi sebelumnya.  Kemudian Allah swt memilihkan salah satunya yg bernama Shalahuddin al Ayyubi.”

Buku ini kami beli melalui transaksi online 29 September 2020 dan selesai di baca 26 Januari 2021. Saat dimana masih berlangsung pandemi Covid-19.

Penulisnya adalah Dr. Majid ‘Irsan al-Kilani merupakan keturunan Syaikh Abdul Qadir al Kilani atau di Nusantara lebih dikenal dengan nama Syaikh Abdul Qadir al Jilani.

Buku ini menyajikan bagaimana Pola yang terjadi pada umat islam bangkit dimasa sebelum Shalahudin al ayubi yang membebaskan kembali Al Aqsa. Di awali dengan mengisahkan kondisi sosial umat islam secara umum dan khusus nya sekitar syam dan baghdad.

Bahwa dimasa sebelum Al Ayubi, pertikaian antar mazhab, antar kabilah, suku dan kelompok begitu tajam, runcing dan saling menjatuhkan. Memeperebutkan jabatan-jabatan tertentu untuk memperkuat bergaining position dan melegitimasi mazhab dan madrasahnya sendiri, kemudian mengintimidasi yang berbeda dengan mazhab dan kelompoknya.

Perdana Mentri yang dicatat dengan tinta emas bernama Nizhamul Mulk yang mendirikan ‘Universitas’ Nizhamiyah yang berusaha ishlah/ perbaikan kondisi secara politik, harus syahid terbunuh oleh kelompok yang bersebrangan. Sehingga Al Ghazali yang pernah menjadi ‘Rektor’ di Madrasah tersebut harus menarik diri dari pusaran konflik itu.

Setelah beberapa tahun menarik diri, Al Ghazali kembali lagi dengan mendirikan madrasah baru dengan cara pandang tentang perbaikan (Ishlah) yang berbeda. Apa yang dilakukan juga telah dilakukan oleh Imam-imam yang lain seperti  Syaikh Abdul Qadir al Jilani dan para Guru lain. Akhirnya pola ini menjadi pola yang merebak di seluruh jazirah dan umat islam secara keseluruhan.

Secara singkat adalah menyatukan antara Niat yang ikhlas dalam mencari ilmu, bukan untuk tujuan lain. Membersihkan diri dari kotoran-kotoran hati. Mujahadah dalam syariat islam, membersihkan dari pengotor-pengotor pemikiran yang berkembang dizaman tersebut, menjaga jarak dan untuk meluruskan penguasa (Khalifah Abasiyyah).

Pada saat yang sama dinasi Zanki dilanjutkan ayyubiyah yang berkedudukan di syam (Damsakus-Palestina sekarang) mengambil alumni  lulusan madrasah syaikh abdul qadir al jilani dan al Ghazali sebagai penasihat-penasihatnya, pembatu-pembantunya juga tentara-tentaranya. Sehingga di Tataran penguasa sampai umat islam mempunyai Ghirah dan semangat islam yang sama. Perbaikan di bidang pendidikan, sosial dan ekonomi dinasti Zanki dan Ayyubiyah menjadikan magnet umat islam di belahaan wilayah umat islam menguatkan kedudukan dinasti ini, meski pada saat yang sama Khalifah Abasiyyah masih berkedudukan di baghdad, pamornya kalah dengan dinasti Zankiyah kemudian Ayyubiyah.

Akhir kesimpulan buku ini menyajikan pola kebangkitannya sebagai berikut :

1.    Pola Pertama : Sehat atau sakitnya suatu masyarakat tergantung pada sehat atau sakitnya pemikiran yang berkembang pada masyarakat tersebut.

2.       Pola kedua : Ketika seluruh eksperimen Ishlah mengalami kegagalan dan pengorbanan yang dipersembahkan juga hanya melahirkan rentetan kekecewaan serta kemunduran terus menerus, yang harus dilakukan saat itu adalah mengevaluasi seluruh aspek pendidikan secara komperhensif, berani, transparan dan efektif yang diharapkan akan mendorong upaya untuk mengkritisi kembali seluruh warisan pemikiran dan budaya selain teks-teks Al Quran dan Hadits Shahih. Juga mengkaji ulang seluruh proses pendidikan, dimulai dari filsafat pendidikan, tujuan pendidikan (ahdaf), konsep dan kurikulum pendidikan (Manhaj), metode pendidikan (thariqah), institusi pendidikan, manajemen dan guru yang berperan aktif didalamnya, hingga implementasi pendidikan dalam ranah politik, sosial dan pemerintahan.

3.       Pola Ketiga : Islam adalah terapi yang dapat menyembuhkan masyarakat dan melahirkan peradaban tinggi. Akan tetapi ia tidak akan memberikan peran yang signifikan terhadap peradaban, kecuali jika dipahami oleh ulul albab yang tercerahkan dan orang-orang yang memiliki kemauan tinggi lagi mulia.

4.       Pola keempat : Meskipun islam adalah agama yang benar diantara seluruh agama yang ada dan merupakan jalan hidup yang lurus yang membawa kepada kesenangan didunia dan akhirat. Namun, islam tidak akan membawa kepada kondisi kehidupan seperti itu kecuali jika tahapan-tahapan pemaparan dan pelaksanaannya dilakukan secara optimal melalui sistem dan metode tertentu.

5.       Pola kelima : Masyarakat menjadi kuat apabila seluruh unsur kekuatannya telah matang dan terpadu dalam sebuah siklus yang efektif dan kombinasi yang tepat. Unsur-unsur kekuatan tersebut adalah pengetahuan (al marifah), sumber kekayaan (ats tsarwah), dan kehandalan perang (al qudrah al qitaliyyah).

6.       Pola keenam : Jika unsur ‘Ikhlas’ tidak dikombinasikan dengan ‘strategi’ yang tepat dalam mengoptimalkan setiap potensi dan sumber daya manusia yang dimiliki umat, maka seluruh usaha dan jerih payah akan menjadi sia-sia akibat berbagai pertentangan internal, dan hanya akan menuai kegagalan dan kehampaan.

7.       Pola ke tujuh : jika ishlah tidak dilakukan bertahap (tadarruj) tanpa spesialisasi (takhashush) dan pembagian peran, maka akan menuai kegagalan dan kehancuran.

8.       Pola ke delapan : Jika gagasan-gagasan ishlah dan persatuan tidak dimanifestasikan dalam tindakan dan aplikasi yang tepat, maka gagasan-gagasan tersebut justru akan semakin melemahkan masyarakat dan memperparah kehancurannya dengan sangat cepat, secepat pecahan-pecahan atom yang tidak berhenti.

9.       Pola kesembilan : ide-ide pembaruan dan ishlah tidak akan efektif dan berpengaruh kecuali apabila pada kehidupan nyata terwujud dalam institusi-institusi pendidikan pembaruan yang memiliki tujuan tulus dan praktik oprasional tepat.

10.   Pola Kesepuluh : pada masa kejayaan atau kemunduran yang dialami setiap umat, kinerja dan pencapaian masyarakat secara individu dan kelompok dalam segala aspek kehidupan berada pada tingkat yang sama.

11.   Pola kesebelas : dalam strategi ishlah dan pembaruan, tingkat kesuksesan yang diraih sesuai dengan besarnya dan perhatian terhadap pola-pola keamanan teritorial.

 Pena Guruh Akbar 26 Januari 2021





Terima Kasih Telah mampir di Bolg Kami
Kami harapkan Komentar anda.



 Yuk Bergabung berbagi di Group Oil Gas dan Gheotermal Energy