Selasa, 18 November 2014

Al Hikam Eps 5 : Energi Menulis 1

Satu minggu ini (di bulan Maret 2013) waktu kosongku di habiskan untuk membaca sebuah buku karya Hamid Fahmy Zarkasy, seorang anak dari salah satu pendiri Pesantren Gontor, seorang santri yang menamatkan pendidikan S1 nya di Pesantren ayahnya di Gontor, S2 di Lahore pakistan dan Brimingham Inggris dan S3 di ISTAC malaysia. Bukunya Berjudul MISYKAT : Refleksi tentang islam, Westernisasi & Liberalisasi sebenarnya kumpulan tulisan di Kolom Misykat di Jurnal Islamia Republika.



Membaca tulisan tulisan ini, mengingatkan ku akan buku buku yang ku baca di 6 -7 tahun lalu ketika ku duduk di bangku SMA 2 Cirebon. Apa pasalnya, karena di waktu itu saya sangat cenderung dan dominan membaca buku buku Filsafat pemikiran dan cenderung berat dari pengolahan pemilihan kata dan makna sekaligus berat juga dari jumlah halaman. Diantara mengerti dan tidak mengerti atau diantara paham dan tidak paham buku buku tebal itu tetap ku habiskan untuk di baca.

Hingga pada akhirnya jenuh saat di penghujung SMA. Dan akhirnya sampai pada sebuah buku pemikirn asal mesir walaupun saat itu hanya baca kata pengantar penulis, bahkan saya lupa judul dan pengarangnya, tapi yang masih kuingat sebuah kata kata atau sebuah kesimpulan bahwa ‘’ibarat terbang bahwa filsafat itu terbang tinggi meski tak mampu mencapai puncak tertinggi bahkan awan pun tidak terjangkau tetapi ia pun tak mampu berdiri tegak di muka bumi.

Filsafat itu melayang layang antara bumi dan langit ia terombang ambing oleh kebingungan filusupnya itu sendiri, sedang disisi lain ilmu Islam yang mengkaji tentang tasawuf dia bukan saja mampu tegak di bumi bahkan ketika terbang ia mampu menembus langit dan bahkan mencapai Tuhan’’. Dengan Keimanan.

Hei Kawan!!! santai saja, saya tidak akan meneruskannya untuk kalian baca dengan tema yang berat, saya akan keluarkan nanti saja, jika ada tema baru yang tepat. Tiga paragraf di atas hanya saya jadikan prolog untuk saya kembangkan menjadi sebuah tulisan Resource energi for man (or Woman) yang simple untuk di baca, renyah untuk di jadikan hidangan pembuka dan mantaf untuk di jadikan pendorong dari langkah pertama sebelum langkah-langkah dari jutaan langkah berikutnya, bahkan sampai langkah tak mampu melangkah dan mata tak mampu menatap langkah.
Tapi saat itu lah, langkah mulai berarti dan berbicara, karena langkah-langkah itu di perjalankan menuju langkah-langkah Allah Aza wajalla, tanpa raga perlu melangkah.

Oke Kawan, ada dua istilah yang saya sebutkan di prolog di atas yaitu Filsafat dan Tasawuf, secara sederhana Filsafat di definisikan Mencari kebenaran sekuat tenaga dengan menggunakan pemikiran untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan , sedang Tasawuf di definisikan mencari Ketenangan Kebahagian dengan jalan Kebenaran (Kebenaran = Tuhan ).

Jangan minta dari mana saya dapat definisi di atas, Baca saja buku buku filsafat dan tasawuf, yakinlah kalian akan bingung dengan segala macam perbedaan pendapat tentang definisinya saja. Bahkan definisniya ada yang sampai satu paragraf dengan satu titik dan banyak koma mencapai setengah halaman. Definisi diatas hanya kesimpulan pribadi saja.

Tak berpanjang kalam, saya masuk ke tema tentang Energi manusia tentang menulis. Ternyata, sehebat apapun pemikiran manusia mencari kebenaran, ketuhanan, kabahagiaan jika hanya mengandalkan pemikiran semata itu tidak akan sampai puncak kebahgiaan, karena iya terus melayang layang di antara awan dan bumi.

Sebut saja 'Menulis'

Mungkin saja ia menikmati menulis tetapi ia tidak bisa merasakan kenikmatan menikmati menulis. Ia  terus kehausan untuk menulis tapi ia seperti meminum air garam di lautan, yang terus menambahnya haus yang makin menjadi.

Bahkan, perbuatan apapun Maksiat ataupun ibadah akan menyebabkan ketergantungan. Amati keseharianmu, perbuatanmu sekarang sekarang ini, atau waktu waktu lalu. Bukan saja merokok, Narkoba, atau nonton tayangan, gambar tak senonoh bahkan nongkrong dengan teman teman sambil main gitar di jalanan juga ketergantungan, atau bangun tidur kesiangan saja ketergantungan.

Atau lihat ketika kalian taat, bukankah duduk di masjid adalah ketergantungan, membaca Al Quran adalah ketergantungan, Shalat tepat waktu adalah ketergantungan, bertemu dengan Al Akh adalah ketergantungan, menimba Ilmu adalah ketergantungan, Shalat Qiyamulail adalah ketergantungan bahkan bangun pas azan subuh adalah kelalain apalagi kesiangan.

Semuanya adalah ketergantungan Kawan !! Semuanya!! Ya... S E M U A N Y A !!!!!!

Tapi lihat perbedaan Kebahagiaan dan ketenangan antara dua jalan di atas. Sangat Berbeda Kawan. Ketergantungan dalam taat ada Kenikmatan yang tak dapat di ukur oleh panjang, tak di tampung oleh luasan, tak dapat di lukiskan oleh kata-kata. Tak dapat di gambarkan oleh pikiran. Tapi ia dirasakan oleh ini (Hati).

Maka menulispun menuntut penulisnya menjadi ketergantungan.

Dan jauh sebelum menulis menjadi sebuah kebiasaan maka ‘cobalah’ biasakan sebuah prinsip, yang ini saya jadikan prinsip yang sangat kokoh ketika saya masih menjadi Mahasiswa di AKA dulu, bahwa ‘Saya tidak akan menulis sebelum shalat sunah Qiyamulail terlebih dahulu’ atau minimal Dhuha atau minimal Membaca Al quran dahulu. Atau jika takut inspirasinya hilang ketika melakukan ibadah ibadah itu, maka lakukan ibadah itu setelah tepat selesai menulis, tidak di tunda tunda lagi.
Sehingga sampai sekarang ketika saya membaca tulisan tulisan saya, saya tetap merasakan tulisan tulisan itu melangit, walau sangat sederhana. Saya merasakan Ruh yang sangat kuat mengapa tulisan itu di buat dan ada.

Karenanya, sesungguhnya jika sudah mempunyai kebiasaan Dhuha, QL, atupun tilawah menulis bisa dilakukan kapan saja di manasaja dalam kondisi apa saja dalam media apasaja. Mudah mudahan dengan kebiasaan kebiasaan itu tulisan kita di bimbing oleh Zat Rabbul izati, Tuhan Seru sekalian Alam, Allah SWT.

Seperti Kata Ibn Athoilah dalam Kitab Al Hikam

BERBAGAI-BAGAI JENIS AMAL ADALAH KARENA BERBAGAI-BAGAI BANYAK HAL-HAL

Perbuatan apapun harus dicarikan penyebab penyebabnya agar perbuatan tersebut baik, dan konsisten. Alasan tertinggi Adalah Niat karena Allah, bacaan yang kita baca harus bacaan yang berkualitas. Tentu, selain Niat yang terkadang naik turun, harus dicarikan alternatif dari diri sendiri, agar kemudian ketika sedang down pun dipaksa perbuatan baik tersebut tetap terlaksana oleh diri sendiri. 

Sehigga Bukan saja tulisan dan kita yang mampu Melangit, yang membaca pun merasakan di perjalankan oleh tulisan tulisan yang menembus langit........

Kesimpulan sementara
1. Perbanyak baca, sesungguhnya jika ada material masuk dalam sebuah 'Mesin' maka akan keluar sebuah 'Produk'. Bacalah Material Baik bagus dan Positif, agar produknya berkualitas.
2. Mulai Menulis lintasan pikiran setelah membaca sesuatu tersebut
3. Biasakan kebiasan diatas

Oke. Sekian dulu, Nanti saya lanjutkan yaaah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar