Sabtu, 14 September 2013

Al Hikam Eps 2 (ketenangan)

Mudah-mudahan Allah memberikan terangnya Cahaya yang terus menuntun kita hingga akhir hayat kita. 
mudah-mudahan Allah menyelipkan ketenangan kepada hati ini, kepada jiwa ini jalan ketenangan dan kesejukan sehingga dimanapun kita beradakita merasa disirami Allah. kita merasa Allah itu dekat, Allah itu melihat kita,dan Allah itu Menyaksikan kita. Mudah-mudahan bisa di ambil ibrahnya dan ada manfaatnya. kita dengan Akhirukalam Kifaratul Majlis Subhanakaallahuwabihamdika Ashadualla ila haila anta Astaghfiruka waatubuilaih. assalamualaikum wr wb 

Sebuah penutup singkat Talaqi hari itu oleh Syaikh Abdullah Fathi Jauji yang di hadiri oleh Muhammad Fahri, Abdullah Azzam, Aqilq Noar, Malik Muhammad dan Ayas di sebuah tempat Islamic Center Of Indonesia di Jakarta. 
waktu masih menunjukan pukul 09.50 hari sabtu, usai talaqi mereka masih menyempatkan berbincang kecuali Syaikh Fathi, Noar, dan Fahri yang meninggalkan Islamic Center terlebih dahulu. 

perbincangan mereka bertiga diawali sebuah pertanyaan singkat dari akh malik, "Saat kita merasakan kesejukan melakukan ibadah-ibadah makhdah, ibadah langsung kepada Allah, kesejukan itu diam diam merasuk dan berbuah ketenangan hati dan ketenangan hati itu melahirkan kemerdekaan jiwa bahwa dunia ini kosong dan lebih tepatnya Fana sehingga semua urusan dunia yang pelik sekalipun, sepertinyaaa ringan-ringan saja. pernah ga akh meraakan seperti itu? 

lalu ketiganya diam,sunyi sepi seakan ada keinginan jiwa dan hati mereka seperti itu, walaupun ada hanya sebentar saja. 
ketiganya masih diam. pertanyaan itu melambungkan fikiran mereka kepada beberapa Ayat,Hadits dan Atsar. 
Deru angin jakarta yang panas bercampur debu polusi jalanan terdengar ditengah kesunyian mereka yang jiwanya berada dalam naungan kesejukan , bahwa malaikat malaikat masih di atas pundak pundak mereka..... 

Begini Akh, Ayas mendahului, untuk mengawali kebekuan itu.... 
Pernahkah kita mendengar atau membaca Hikmah atau Pointer Ibnu Athoillah yang kedua, yang kita dapat dari guru kita beberapa pekan kemarin. 
"Keinginan untuk Tajrid (Selalu beribadah tanpa berpikir dunia) padahal Allah masih menempatkan kedudukan engkau pada golongan orang yang berusaha dunia, maka keinginan itu termasuk Syahwat Hawa Nafsu yang samar/halus. sebaliknya. keinginanmu untuk berusaha dunia padahal Allah telah menempatkan dirimu pada golongan yang selalu ibadah tanpa berusaha dunia, maka keinginan ituberarti menurun dari semangat yang tinggi" 

kalau pointers ini agak berat di pahami,sedikit kita berbagi, ayas melanjutkan.... 
Baik, kita dudukan setiap persoalan apapun , apapun itu, dalam lapangan Aqidah lebih Spesifik lagi Tauhiid, karena dengan begitu kita akan mudah menemukan riak riak jawaban jika tujuan kita adalah Allah. 
Termasuk pointers di atas adalah pernyataan lugas Tauhiid yang sangat dalam dan luas, selanjutnya kita detailkan penjelasan tersebut. 
Kewajibab seorang hamba adalah 'Menyerah dan Tunduk' atas apa yang dipilihkan majikannya. apalagi kalau majikannya adalah Allah yang tahu benarsiapa kita dan kebutuhan kita. 
Dan tanda bahwa Allah menempatkan dirimu dalam golongan yang harus berusaha, Apabila terasa ringan bagimu mengamalkan itu, sehingga tidak menyebakan teryinggalnya kewajiban terhadap Agamamu sehingga menyebabkan kamu Tamak dan Rakus terhadap hak orang lain. 
Dan tanda bahwa Allah menundukan dan menempatkan dirimu dalam golongan yang selalu ibadah : Apabila Allah Memudahkan jalan Rizki yang tidak disangka sangka, kemudian jiwamu tetap tenang ketika terjadi kekurangan karena tetap ingat bersandarkan kepada Allah, karena tujuan kita adalah Allah. 

Dalam Buku La Tahzan, Aidh Al Qarni menulis 'Jika engkau pada pagi hari ini memiliki sepotong roti dan seteguk susu maka berbahagialah, karena engkau seperti mempunyai dunia seisinya'. kemudian jika kamu berlaku itsar,mendahulukan pengemis untuk roti dan susumu lalu engkau tetap tenang dengan itu, maka engkau peroleh akhiratmu juga. 
Aidh Al Qarni juga menulis, ' Lihatlah para petani, buruh kasar, pedagang pasar di pagi bita,kuli bangunan,tukang becak!!! mereka dengan ceria mendendangkan lagu lagu seperti burung di alam bebas mereka. 
dan bukan kah apa yang kita miliki lebih baik dari pada mereka???? 

Didalam Penjara Ibnu Taimiyah berkata,"Apa yang bisa dilakukan musuh musuh itu kepadaku, Surga dan Taman ada dalam dadaku, maka, kemanapun aku berjalan keduanya ada bersamaku. 
Dan bukankah kita beada di liar bebas juga tidak ada tekanan dari musuh musuh yang siap membunuhmu???.... mungkin Akh Azzam ada masukan 

itu artinya kalau kita meninggalkan suatu kebaikan padahal kebaikan itu kita tahu karena kita merasakan bisa mengantarkan ketenangan berarti kita telah menurunkan derajat kita sendiri. Begitukah maksudnya akh.... 

Ya Kesimpulanmu bagus sahut Ayas. Azzam menambahkan lagi... 
jika kita telah diberi kemudahan untuk terbiasa Sholat malam atau berpuasa sunnah lalu kita meninggalkannya, berarti kita menurunkan kapasitas kita 

Dan bila Allah menyiramkan kesejukan kepada fikiran dan hati kita ketika kita membaca dan mentadaburi Alquran lalu kita meninggalkannya berarti kitalah yang menurunkan derajat kita sendiri di mata Allah. 
Dan jika Allah telah menyisipkan kedalam jiwa kita untuk bekerja dan belajar dalam rangka ibadah Ghoru Makhdah tanpa meninggalkan Ibadah Makhdahnya lalu ia bersikap malas, tidak energic, sering mengeluh maka ia mematahkan potensi diriny sendiri. 

Dan jika Allah BELUM menyisipkan, menyusupkan kedalam jiwanya untuk melakukan kebaikan demi kebaikan. maka, kita adalah Pembohong Besar, seorang yang tak tau diri atas semua nikmat yang telah diberikan Allah. Maka Nikmat manalagi yang akan kita dustakan? mudah mudahan pernyataan ini tidak berlebihan? 
Tidak. sahut malik. sebuah pernyataar Tauhid Retoris yang perlu di fikirkan adalah " Adakah Ciptaan Allah yang sia-sia?" 

lalu Azzam melanjutkan.... 
Allah telah memberikan kemampuan yang berbeda 
Allah yang telah menyisipkan jalan ketenangan jia dengan cara yang berbeda TAPI Allah telah memberikan jalan yang sama untuk ketenangan jiwa yang sama. Yaitu, kebaikan yang bersumber, tertuju dan diniatkan HAnya Allah. Memang Apalagi dan Siapalagi Yang mampu memberikan ketenangan melakukan apapun yang di Ridhoi selain hanya kepada Allah dengan Jalan Syariatnya Muhammad SAW 

maka ketika Allah Memberikan dan Kemudahan untuk berkeinginan berbuat baik ,janganlah ditolak. Tapi sambut baik, pemberian Allah itu yang berbentik 'Keinginan' yang menyusup dalam Jiwa-jiwa yang suci agar tetap dalam Fitrahnya. 

Pembicaraan itu bagai mataair yang mengalir nan jernih dan menyejukan bagi ketiganya di panasnya Jakarta bercampur polusi debu dan asap kendaraan yang tak terasa mengantarkan mereka mendekati Adzan Dzuhur. dan seraya menjadi pujian sekaligus buah bibir para-malaikat diatas pundak mereka bertiga. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar