Selasa, 25 Juli 2017

Alexandria i'm in Love







Pagi tadi aku masih di Alexandria, Mesir. Kota yang eksotis, Negri para Anbiya. Dan kini aku berada di Paris Prancis. Di mesir aku menghadiri undangan Entrepreuner Social dan Teknologi dari Indonesia yang kuliah di luar negri dari persaudaraan Muslim sedunia untuk Era Baru.  3 jam perjalanan menuju paris prancis. Paris bulan Agustus memasuki musim dingin.  Pohon-pohon berbungakan salju, berdaunkan salju, berantingkan salju. Jalanan berlapis salju. Rumah beratapkan salju. Dan menar eifel yang tinggi kokoh menjulang bukan lagi besi sebagai penopangnya tapi, salju.

 
Sore ini, suasana begitu hening di atas Aprtemen Avixena, berada tepat di depan Menara Eifel yang tersohor itu. Di koridor luar lantai 8 aku duduk sendiri menatap dari kejauhan, menara yang menjadi kebnggaan Negara Prancis. Di liputi salju yang turun dengan perlahan, di terbangkan oleh angin dingin dan lembut,. Butiran-butiran putih nan halus itu menjadi pemandangan yang menakjubkan bagi orang bermusim dua. Langit seperti memberikan anugrah dan perayaan kepada Menara yang menjulang tinggi  dengan salju-saljunya ini.
 
Dibawah menara, terlihat orang-orang berselimut tebal berfoto bersama, sembari di hujani salju tipis, dan lembut. Yang tak mempedulikan dinginya sore hari ini. Suhu udara terus menurun, jam 3 sore waktu paris sudah menunjukan 4 derajat celcius. Ashar belumlah tiba, jadwal Ashar pukul 04.05 waktu paris. Pandangan kutajamkan kedepan. Putih berkabut, jarak pandang tak mampu menembus menara eifel yang gagah ini. Salju terus bertambah lebat. Sungguh damainya suasana di sore ini, bahkan tak terasa, sebenarnya badan telah menggigil kedinginan meki berjaket tebal.
 
Suasana damai ini pernah kurasakan ketika pasca SMA menunggu pengumuman Kimia ITB dan  Geofisika ITB atau AKA Bogor. Saat itu dari pagi hujan rintik tak berhenti. Selepas Dzuhur sekitar pukul 2 sore hujan semakin deras. Aku duduk di pelataran samping rumah lantai atas menhadap ke persawahan yang luas. Juga dapat melihat ke belakang sawah sawah yang bepetak-petak becek sehabis panen. Di ujung persawahan bukit-bukit berjajar, dan di jajaran terakhir gunung Ciremai menjulang tinggi, gagah bukan kepalang, dialah benda teringgi yang kulihat saat itu yang menapak bumi.
 
Aku duduk sambil membaca sebuah buku Negri Seribu Satu Malam dan Petualangan Sinbad. Aku membaca
belumlah genap satu lembar, kilat menyambar-nyambar di iringi suara petir yang menggelegar. Tapi di sini suasana masih hening. Baru satu halaman pikiranku sudah melambung tinggi, mata menatap persawahan di samping dan di belakang rumah di iringi derasnya hujan.
 
Negri seribu Satu Malam ada di depan Mata, dan akulah Sinbadnya. Sawah-sawah luas ini seharusnya tidak sekedar menghasilkan padi, apalagi hanya dua kali setahun. Sawah-sawah yang luas ini di samping dan di belakang rumah seharusnya tidak sekedar ladang satu kali tanam. Setelah masa panen, di bajak, di tanam, di panen, di bajak ditanam dan di panen begitu dan begitu setrusnya. Dan begitu pula kehidupan para petani tak pernah meningkat. Hanya di miliki oleh pemilik modal.
 
Aku ingin suatu saat, persawahan luas ini. Di temani perbukitan dan Gunung ceremai yang menjulang tinggi bukan sekedar persawahan biasa. Tapi bisa menjadi Industri Wisata Agro Bisnis. Jalan panjang depan rumah yang di himpit dua aliran sungai adalah jalur alternatif menuju ke Jawa Tengah. Apalagi sekarang sudah ada jalan tol yang melintas dari kanci sampai Cilacap. Tol di atas persawahan, bisa menjadi media Promosi tanpa biaya. Dengan melihat ke sekitar tol para pengendara dapat melihat keindahan Wisata Agro yang menjadi mimpiku.
 
Tepat di samping rumahku sepanjang jalur alternatif ini bisa didirikan ruko ruko yang bisa di jadikan media promosi dan jualan buah-buahan atau soufenir. Di belakangnya adalah perkebunannya itu sendiri. Ada mangga yang menjadi andalan Cirebon atau indramayu. Rambutan juga bisa tumbuh disini, semangka tiap tahun menjadadi aset kecamatan. Duku, jambu biji, jambu air, lemon atau buah –buahan lain bisa tumbuh disini. Buah-buahan khusus yang sensitif cuaca panas bisa di buatkan sistem tanam yang berbeda, jaman sekarang itu manipulasi bibit adalah perkara mudah. Jauh di belakang perkebunan ini bisa di buatkan peternakan sapi perahan sebagai salah satu andalan wisata ini. Bahkan saat ini peternakan ayam sudah ada di sini. Bisa di buatkan wisata pacuan kuda sebagai bagian dari pembelajarn bagi mayarakat bahwa belajar berkuda adalah Sunnah Rasulullah.
 
Di depan ruko-ruko, di sebrang jalan bisa dibuatkan hal yang sama,perkebunan dengan aneka macam sayur di tanamnya. Di tengah perkebunan itu di buatkan Masjid dan Pesantren yang menjadi satu kesatuan dengan Perkebunan. Hemmm mungkin istilhnya sekarang Eco Pesantren. Pesanternya adalah seperti kebanyakan pesantren umumnya atau bisa di buat seperti pesantren Virtual Vilagge di mana selain pembelajaran Fiqih dan Aqidah tentu binis dan Kepemimpinan, ilmu peternakan, pertanian yang bukan saja untuk para santri tetapi juga untuk masyarakat sekitar.
 
Pesantren bisa di jadikan tempat pelatihan yang produktif sebagai pengembangan daerah, dan menjadi satu kesatuan antara masyarkat petani, pedagang, santri ataupun pemilik modal. Beberapa daerah memang punya Taman buah, atau wisata Agro, tapi sedikit yang menggabungkan Eco pesantren dan Entrepreneur sosial. Sehingga Negri Seribu Satu malam Modern akan hadir. Yaa memang dan pasti bisa!!! hanya saja aku tidak tahu kapan dan bagaimana mewujudkannya, sedang aku kini berada di paris di sibukan dengan belajar dan kuliah mengambil program S2. Yaa  walau aku berada di sini, seperti tidak percaya, ternyata bisa sampai di tanah Eropa  untuk kuliah.
 
Benarlah kata Ust Anis Matta “Bahkan Dunia yang sebegitu Luas Sudah Seperti kampung halaman yang sudah tidak ada sekat lagi di dalamnya”. Dan Aa Gym dalam ceramahnya pernah berkata ‘Jika menginginkan Dunia mintalah kepada Allah dan setelah mendapatkannya tetaplah di genggam dan jangan di masukan dalam hati”. Yaaa biarlah hati ini tetap di penuhi oleh Cintanya Allah SWT

‘Assalamualaikum Buya’
 
‘ waalaikumsalam, Subhanallah kau mengagetkanku cantik’. Istriku menghampiriku dan sambil tersenyum manis  memberikan secangkir kopi hangat. ‘Terima kasih cantik’. Telah 9 bulan lalu aku menikahinya dan sekarng ia sedang hamil 6 bulan. Ia bahkan sudah hafal 2 juz Al Quran karena ketika menikah denganku, aku mensyaratkan dalam biodataku untuk
 hafal 1 juz Al Quran dan selama 9 bulan ini hafalannya terus bertambah sampai 1 juz berikutnya. Begitupun aku, sebelum menikah aku targetkan hafal 1 juz Al Quran sebelum akhirnya melamarnya.

‘Sudah waktunya Ashar Buya, yuk kita Shalat, setelah shalat tulislah apa yang baru buya pikirkan’........
Ku seruput kopi hangatnya. Badan yang sebelumnya kedinginan kini terasa hangat. Kemudian kuletakan di atas meja.
‘Heeee, kau tau saja cantik. Oke... yuu!!!’...........


11 November 2011 guruh.akbar,st

Tidak ada komentar:

Posting Komentar