Selasa, 25 Juli 2017

Energi Passion : Hidup demi Cita dan Cinta

Manusia adalah Gabungan dan Akumulasi kepribadian orang orang, lingkungan, ilmu, amal dan waktu selama bertahun tahun. Di situlah manusia mencari jati diri titik keeimbangan bandul kehidupan. Tulisan ini terinspirasi sebuah tulisan sahabat saya Eko wardaya ‘’Tentang Passion : Mengorbankan atau mengobarkan Cinta’’.
 
Terlintas setelah membaca tulisan tersebut sebuah pertanyaan : Dari manakah Passion itu di dapat ? kemudian saya mencari di relung ingatan di waktu lalu. Dari manakah saya mendapatkan passion tentang sesuatu. Saya mencari diserpihan serpihan mimpi ketika SD karena waktu itu lah saya sadar untuk memulai mimpi, kemudian sayapun mengingat ingat di sudut SMP, ternyata tak banyak saya menorehkan mimpi di sudut sudut ini.

Lalu sayapun menelusuri jenak jenak SMA, disinilah Mimpi itu di siapkan, dibangun dan di tulis untuk  kemudian melangkah setapak demi setapak, sedepa demi sedepa dan masih takut untuk berlari. Mimpi masih mengambang di atas kertas.

Pertarungan Mimpi menembus ITB melupakan mimpi mimpi itu, biarkan ia di atas kertas. Ku tembus satu mimpi ini selebihnya akan mengikuti. Itu denyut motivasi yang merubah menjadi Ambisi bahkan terlalu ambisius demi meraihnya. Tembus memang, tapi tak sesuai harapan. Beruntung di masa mengambang itu ku bertemu seorang Dosen ITB, yang menjadi seorang Pengajar dan pendiri di sebuah bimbingan belajar asal Bandung bergambar Gajah duduk membawa pena. Karna hampir semua instruktur disini mempunyai kemampuan mengajar dengan sangat menyenangkan, memotivasi dan menghibur.

Disaat api ambisi itu terus dan terus membara, sampai lupa makan – lupa tidur bahkan yg kuingat pernah sehari tidur hanya dua jam saja selama berminggu-minggu, dan begitu asik mengerjakan ratusan soal soal latihan, ya sangat demikian asik dan tidak merasa terbebani dengan ratusan soal yang di beri instruktur.

Dosen Fisika itu mengajar hanya satu kali dari 2 bulan bimbel, bahkan tak banyak soal yang dia bahas. Dia hanya banyak bercerita, di penghujung ceritanya dia berkata

‘’Bapak tahu adek adek datang kesini (kebandung) dari seluruh indonesia bukan sekedar untuk Bimbel semata, ada cita cita yang akan di kejar entah atas kehendak sendiri atau keinginan orang tua’’.

‘’Tapi apapun motivasinya sejak saat ini jangan lupa bahwa capaian apapun tak ada artinya tanpa Cinta. Begitupun kalau kita melupakan cita cita dan tidak mempunyai capaian apapun maka Cinta tidak ada artinya, ia tak mampu menjadi bara api untuk meraih cita. Maka adek adek ku hiduplah dengan Cita dan Cinta’’.

Kemudian ia bercerita, kalau sukses nanti jangan melulu mementingkan karier pekerjaan ataupun karier akademisi jangan lupa mencari pasangan hidup, jangan lupa juga mensukseskan anak anak kita, ataupun lingkungan yang membutuhkan tenaga dan pikiran kita karena tidak semuanya mendapatkan anugrah dan kemampuan untuk bisa kuliah dan saat semuanya sukses mencapai surga,  saat itulah perjuangan itu selesai.

Kata katanya menjadi penyejuk dari Ambisius yang menjadi-jadi dan tetap tidak mengurangi tempo irama pembelajar. Justru mempertajam definisi mimpi. Dan dari kata-katanya menjadi penenang ketika ITB ku pinggirkan dan memilih kampus lain, tapi tanpa harus frustasi. Kemudian tetap bertahan dalam rell rangkaian Gerbong MIMPI.

Terakhir saya mulai mengambil Ibrahnya, hampir semua alasan yang menjadikan saya Berambisius menembus ITB telah kuraih tanapa harus berada disana.

Tentu saja berada disana tetap ku simpan dalam catatan sejarah mimpi-mimpiku. Mungkin istriku, mungkin adiku, mungkin anaku, mungkin cucuku, mungkin juga aku. Tetap Kusimpan mimpi itu dan Membiarkan Tangan Allah bekerja, semuanya atas nama Cinta. Biarkan saja.

Jadikan Cinta menjadi penggerak dan pemanas bara api cita-cita, dan jadikan cita menjadi manifestasi atas Cinta. Hiduplah demi Cita dan Cinta.

Hobi yang disertai cinta ia akan produktif, banyak sudah entrepreneur yang memulai dari hobi kemudian dari situlah dia bisa menafkahi banyak keluarga cinta yang penuh cinta. hobi disertai cinta ia akan produktif.
Ada banyak Energi sebenarnya, beberapa sudah di terangkan dalam buku Cahaya diatas Cahaya tetapi sebuah statment simple ini tentu akan lebih diingat di kala kehilangan arah.

Disaat kita sering kehilangan arah diantara gedung gedung tinggi bertingkat,
Di saat kita sering kehilangan arah disaat dalam semerawutnya jalanan ibu kota, atau
Disaat kita sering kehilangan arah padahal belahan bumi sering kita lalui atau
Justru karena semua itulah kita sering loncat loncat dalam meraih mimpi, maka jangan lupakan mimpi yang pernah di tuju.
Simpanlah dahulu. Ia akan terakumulasi beserta mimpi dan cita cita lain. Bagaimana caranya ? Hidup demi Cita dan Cinta biarlah Allah yang maha berkuasa atas Doa doa hambanya, karena doa tidak akan tertolak.

Sumatra Selatan 290613 Guruh Akbar, ST

Tidak ada komentar:

Posting Komentar